Memahami penyebab, dampak dan langkah-langkah mitigas ketika gempa bumi

Gempa bumi terjadi ketika terjadi pelepasan energi yang kuat di dalam kerak bumi. Ini bisa disebabkan oleh pergeseran lempeng tektonik, aktivitas vulkanik, atau penyebaran magma di bawah permukaan bumi. Ketika tekanan yang terkumpul melebihi batas ketahanan batuan, terjadi patahan yang memicu getaran atau gempa bumi.

Penyebab Gempa Bumi

Gempa bumi adalah manifestasi dari dinamika bumi yang kompleks. Beberapa penyebab utama meliputi:

  1. Pergerakan Lempeng Tektonik yaitu ketika lempeng tektonik bersentuhan atau bergerak satu sama lain, tekanan dapat terakumulasi di zona-zona batas, menyebabkan patahan dan gempa bumi.
  2. Aktivitas Vulkanik seperti Letusan gunung berapi yang memicu gempa bumi, terutama ketika magma bergerak di bawah permukaan dan menciptakan tekanan di kerak bumi.
  3. Penyusunan Batuan misalnya proses geologis seperti lipatan, sesar, dan patahan dapat menyebabkan ketegangan di dalam batuan yang akhirnya melepaskan energi dalam bentuk gempa bumi.
  4. Aktivitas Manusia seperti pengeboran minyak dan gas, penambangan, serta pengisian waduk besar juga dapat memicu gempa bumi.

Pemahaman lebih dalam tentang fenomena-fenomena ini membantu dalam pemantauan dan mitigasi risiko gempa bumi yang terjadi.

Mengukur Kekuatan Guncangan Bumi

Skala magnitudo momen (Moment Magnitude Scale)

adalah metode modern untuk mengukur kekuatan gempa bumi. Dikembangkan pada tahun 1979 oleh seismolog Caltech, Tom Hanks, dan Hiroo Kanamori.

Skala magnitudo momen memperhitungkan luas area patahan, pergeseran relatif, dan kekakuan batuan yang patah. Nilai magnitudo momen (biasanya disebut “Mw”) menggambarkan jumlah energi yang dilepaskan oleh gempa bumi. Gempa bumi dengan magnitudo 5,0, misalnya, melepaskan sekitar 31,6 kali lebih banyak energi daripada gempa bumi dengan magnitudo 4,0.

Metode ini memungkinkan seismolog untuk membandingkan kekuatan gempa bumi di berbagai wilayah dan memprediksi potensi kerusakan lebih akurat. Skala magnitudo momen juga memungkinkan penilaian risiko lebih baik dalam perencanaan mitigasi bencana dan respons darurat.

Skala Richter

Dinamai dari penemu Charles F. Richter pada tahun 1935, adalah alat penting dalam mengukur kekuatan relatif suatu gempa bumi. Skala ini berdasarkan pada logaritma dari amplitudo gelombang seismik yang tercatat oleh seismograf. Dengan skala ini:

  • Setiap peningkatan satu angka pada skala Richter menandakan meningkatnya kekuatan gempa bumi sebesar 10 kali lipat.
  • Gempa bumi dengan magnitudo di bawah 3,5 jarang terdeteksi, sementara yang di atas 7,0 dapat menyebabkan kerusakan yang serius.
  • Skala ini memberikan pandangan yang relatif cepat tentang kekuatan gempa bumi, tetapi tidak memperhitungkan faktor seperti kedalaman episenter atau karakteristik geologis.

Meskipun skala Richter masih banyak digunakan, sekarang lebih umum digunakan skala magnitudo momen untuk gempa bumi yang lebih besar, karena memberikan informasi yang lebih akurat tentang energi yang dilepaskan oleh gempa tersebut.

Dampak gempa bumi dan Kesiapan Menghadapinya

Dampak gempa bumi bisa sangat merusak, tidak hanya terbatas pada kerusakan fisik tetapi juga mencakup dampak emosional, sosial, dan ekonomi. Beberapa dampak yang umum meliputi:

  1. Kerusakan Bangunan: Gempa bumi bisa merusak atau menghancurkan bangunan, baik rumah tinggal, gedung perkantoran, maupun infrastruktur penting seperti jembatan dan jalan raya.
  2. Korban Jiwa dan Cedera: Gempa bumi sering kali menyebabkan korban jiwa dan cedera yang serius, terutama jika terjadi di daerah padat penduduk atau jika bangunan tidak memenuhi standar konstruksi gempa yang ketat.
  3. Kerusakan Infrastruktur: Gempa bumi dapat merusak infrastruktur penting seperti sistem air minum, listrik, dan transportasi, yang mempengaruhi kemampuan untuk memberikan bantuan dan pemulihan.
  4. Gangguan Ekonomi: Kerusakan infrastruktur dan bisnis, bersama dengan gangguan produksi dan distribusi, dapat mengakibatkan kerugian ekonomi yang signifikan dalam jangka pendek dan panjang.
  5. Gangguan Sosial dan Psikologis: Gempa bumi dapat meninggalkan dampak psikologis yang serius pada korban, keluarga mereka, dan komunitas secara keseluruhan, termasuk trauma, kecemasan, dan kesulitan dalam pemulihan.

Kesiapan menghadapi gempa bumi menjadi sangat penting. Langkah-langkah kesiapsiagaan meliputi perencanaan darurat, konstruksi bangunan yang tahan gempa, pendidikan masyarakat tentang tindakan yang harus diambil saat gempa terjadi, serta pengembangan sistem peringatan dini yang efektif. Dengan kesiapan yang tepat, dampak gempa bumi dapat diminimalkan dan proses pemulihan dapat dipercepat.

Langkah-langkah untuk Mengurangi Dampak Gempa Bumi

Mitigasi risiko gempa bumi adalah serangkaian langkah-langkah yang dirancang untuk mengurangi kerugian manusia, kerusakan properti, dan dampak sosial-ekonomi yang disebabkan oleh gempa bumi. Beberapa langkah yang dapat diambil termasuk:

  1. Penyuluhan dan Pendidikan Masyarakat dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya gempa bumi dan memberikan pelatihan tentang tindakan yang harus diambil selama dan setelah gempa.
  2. Pemantauan dan Peringatan Dini seperti pengembangan sistem peringatan dini yang efektif untuk memberi tahu masyarakat tentang gempa yang akan datang dengan cepat, memungkinkan waktu yang lebih lama untuk mengevakuasi dan mengambil langkah-langkah keselamatan.
  3. Perencanaan Kota yang Tahan Gempa yaitu dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip tahan gempa dalam perencanaan tata ruang kota, termasuk konstruksi bangunan yang kuat dan infrastruktur yang dapat menahan guncangan gempa.
  4. Penegakan Peraturan Bangunan dengan cara menegakkan standar konstruksi tahan gempa yang ketat untuk memastikan bangunan baru dan yang direnovasi memenuhi persyaratan keamanan.
  5. Pengelolaan Risiko Bencana dengan mengembangkan dan menerapkan rencana darurat bencana yang komprehensif, termasuk persiapan evakuasi, penyediaan fasilitas darurat, dan koordinasi respon pasca-bencana.
  6. Rehabilitasi dan Rekonstruksi seperti menyediakan dukungan dan sumber daya untuk pemulihan pasca-bencana, termasuk perbaikan infrastruktur, pemulihan ekonomi, dan dukungan psikososial bagi korban.

Pendekatan holistik dan berkelanjutan terhadap mitigasi risiko gempa bumi diperlukan untuk melindungi masyarakat dan infrastruktur dari ancaman gempa bumi dan meminimalkan dampak negatifnya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa gempa bumi merupakan fenomena kompleks yang memiliki penyebab yang bervariasi, seperti pergerakan lempeng tektonik, aktivitas vulkanik, dan faktor manusia. Pengukuran kekuatan gempa bumi menggunakan skala magnitudo momen yang lebih modern memberikan informasi yang lebih akurat daripada skala Richter. Dampak gempa bumi dapat sangat merusak, meliputi kerusakan fisik, korban jiwa, dan gangguan ekonomi, namun kesiapan dan langkah-langkah mitigasi dapat membantu mengurangi dampaknya. Langkah-langkah mitigasi termasuk penyuluhan masyarakat, pemantauan dan peringatan dini, perencanaan kota yang tahan gempa, penegakan peraturan bangunan, pengelolaan risiko bencana, serta rehabilitasi dan rekonstruksi pasca-bencana. Pendekatan holistik dan berkelanjutan diperlukan untuk melindungi masyarakat dan infrastruktur dari ancaman gempa bumi.

Image by freepik

Pustaka

• Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG);
• Palang Merah Indonesia (PMI);
• World Health Organization (WHO)

Tinggalkan komentar